Yang
dimaksudkan menghayati keberadaan diri manusia sebagai makhluk tuhan
yang dapat berfikir ilmiah adalah siswa diharapkan mampu bersyukur akan
keberadaannya sebagai makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran
sehingga ia dapat bersikap skeptik, analitik, kritik, rasional dan juga
peka dengan informasi terhadap pelajaran yang ia terima.Dan yang
dimaksud mampu meneliti tentang lingkungannya disitu adalah bahwa
manusia itu diberikan akal sehingga ia dapat mengetahui wawasan tentang
bumi dan alam semesta. Contohnya ia dapat meneliti apa penyebab
terjadinya gunung meletus, apa penyebab tsunami, apa penyebab hujan dan
lain sebagainya.
Manusia berevolusi dalam jangka waktu lebih-kurang
empat juta tahun lamanya. Pada saat ia muncul di muka bumi, tentu telah
ada benih-benih dari kebudayaan. Telah ada bahasa sebagai alat
komunikasi untuk perkembangan sistem pembagian kerja dan interaksi
antara warga kelompok. Tentu saja ada kemampuan akal manusia untuk
mengembangkan konsep-konsep yang makin lama makin tajam, yang dapat
disimpan dalam bahasa, dan bersifat akumulatif. Mungkin ketika itu juga
sudah ada alat-alatnya yang pertama, berupa sebatang kayu untuk tongkat
pukul, juga dapat berfungsi sebagai senjata tusuk, dan gumpal-gumpal
batu yang dipertajam pada sisi belahannya dapat juga berfungsi sebagai
alat potong. Dengan benih-benih kebudayaan berupa kemampuan akal dan
beberapa peralatan sederhana itu, manusia dapat hidup selama hampir 2
juta tahun. Kebudayaannya berevolusi dengan lambat, sejajar dengan
evolusi organismenya, dan baru 200.000 tahun kemudian tampak sedikit
kemajuan, ketika dari penemuan alat-alat sekitar fosil-fosil homo
neandertal terlihat, bahwa kebudayaan manusia telah bertambah dengan
kemampuan untuk menguasai api dan mempergunakan energinya, serta
kepandaian untuk membuat gambar-gambar pada dinding gus, ysng berarti
bahwa manusia mulai mengembangkan kesenian. Berhubungan dengan itu,
mungkin juga konsep-konsep dasar mengenai religi.
Manusia
merupakan satu jenis makhluk hidup di antara lebih dari sejuta jenis
makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia ini. Manusia
dengan kemampuan akal atau budinya, telah mengembangkan berbagai macam
sistem tindakan demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk yang
paling berkuasa di muka bumi ini. Namun demikian, berbagai macam sistem
tindakan tadi harus dibiasakan olehnya dengan belajar sejak lahir sampai
saat ia mati. Hal itu karena kemampuan untuk melaksanakan semua sistem
tindakan itu tidak terkandung dalam gen-nya, jadi tidak dibawa olehnya
saat ia lahir.
Cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem
tindakan tadi dijadikan sebagai objek penelitian dan analisis sehingga
aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam hal memberi
pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau culture. Dalam bahasa
sehari-hari “kebudayaan”dibatasi pada hal-hal yang indah (seperti candi,
tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusasteraan). Sedangkan menurut
ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah: keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan dan tindakan
kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia
dengan belajar (learned behavior). Hal tersebut berarti bahwa
hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya sedikit
tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan
dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks,
beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta.
Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang
terbawa dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan, minum, atau
berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan
berkebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggapnya
wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara dan
sopan santun atau protokol yang sering kali sangat rumit, harus
dipelajarinya dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak hanya
menurut wujud biologisnya yang telah ditentukan oleh alam, tetapi
merombak cara berjalannya dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan
lemah lembut, berjalan seperti peragawati dan sebagainya, yang semuanya
harus dipelajari dahulu. A. Manusia Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan unsur yang membangun manusia. 1. Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait yaitu: a. Badan kasar manusia yang nampak dari luar (Jasad) b. Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak (Hayat) c. Daya yang bekerja secara spiritual (Ruh) d. Diri atau keakuan yaitu kesadaran tentang diri sendiri (Nafsu) 2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu: a. Struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak tampak (Id) b. Sebagai kepribadian menghubungkan energi id ke dalam saluran sosial (Ego) c. Struktur kepribadian yang paling akhir dan muncul kira-kira usia 5 tahun (Superego) Id, Ego, dan Superego digunakan sebagai alat analisis bagi tingkah laku manusia. Beberapa definisi manusia:
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural
dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg
mulia. 2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar
biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan
telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas –
kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat
sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada
dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi
eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas
seperti Tuhan 3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah
kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya
refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa
masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada
permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di
luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian
ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya
sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak
dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan
dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih
mulia daripada eksistensi. 4. Manusia adalah makhluk yg sadar
diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai
pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya. 5. Manusia adalah
makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya
secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal
ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous–
yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi
dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak
terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg
belum diberikan alam. Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu: 1.
Estetis: dalam kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia
sekitarnya sebagai dunia yang mengagungkan dan mengungkapkan kembali
karya dalam lukisan, tarian, nyanyian, dan lain-lain. 2. Etis: manusia meningkatkan estetis ke dalam ringkatan manusiawi dalam bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. 3. Religius: manusia menghayati pertemuan dengan Tuhan.
Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya
sendiri. Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri, keinginan
individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri mereka, tanpa
terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia
merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan. Renungan diri adalah
dasar dari filsafat dan telah ada sejak awal pencatatan sejarah.
Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan
yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan.
Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan
berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam
secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk.
Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap
ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia
(Dalam Kitab Suci Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia dijanjikan dalam
Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi kesia-siaan
semua usaha manusia). Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat
pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa
yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu". Aristotle
mendeskripsikan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον), yaitu
menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia,
dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan),
istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.
Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan
manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk
mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian.
Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam
perkataan Immanuel Kant, "Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan
kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah 'hewan rasionil'". Pada awal abad
ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada positivisme
mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar
yang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar. Dari titik pandang
ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling
tersama-ratakan di Bumi, dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal
yang menduduki lingkungan beraneka-ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa
usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan
tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan
untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah
lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa
ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini
(pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya
mengamati proses mental yang kemungkinan unik di antara manusia:
kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal abstrak atau secara
logika. Adalah susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang
termasuk semua manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan
ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari renungan-diri manusia
lebih daripada suatu masalah zoologi. B. Hakekat Manusia Pada hakekatnya manusia adalah: 1. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh (hanya untuk sementara) 2. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan mahkluk lain. Perasaan diri manusia ada dua macam: a. Perasaan indrawi b. Perasaan rohani, contohnya: 1) Perasaan intelektual 2) Perasaan estetis 3) Perasaan etis 4) Perasaan diri 5) Perasaan sosial 6) Perasaan religius 3. Makhluk biokultural yaitu makhluk hayati dan budayawi
4. Makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi)
mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya. Hakekat manusia adalah sebagai berikut: a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h. yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial Hakekat Manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna.
Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa
kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Kalimat
diatas mungkin terlalu filosofis, namun sebenarnya merupakan istilah
sederhana yang bisa dipahami. Spiritual merupakan aspek non fisik yang
mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup. Bukti
akan hakekat manusia sebagai makhluk spiritual mungkin dapat ditunjukkan
dengan beberapa contoh berikut. Ketika menjalani hidup sehari-hari,
manusia tidak selamanya dalam kondisi bahagia. Namun kadang mengalami
musibah, nikmat, susah, senang, sedih bahkan terkadang merasakan
kesuksesan diluar rencana.Semuanya itu datang silih berganti seperti
sudah ada keteraturan. Inilah salah satu nuansa spiritual yang ada pada
manusia. Dalam hal rasa, manusia mempunyai interpretasi berbeda-beda
tentang apa yang dirasakan hati. Perasan senang, susah, enak ataupun
nggak enak merupakan fenomena hati yang sudah biasa terjadi. Tukang
becak yang tiduran di halte kadang lebih pulas daripada pengusaha yang
tidur di hotel berbintang. Orang miskin yang pandai bersyukur akan lebih
kaya dari konglomerat yang gila dunia. Semuanya tergantung dari
bagaimana seseorang menyikapi apa yang dialaminya. Perasaan manusia
tidak mutlak adanya. Jika ia merasakan sesuatu pasti ia merasakan hal
lain yang paradoks dengan apa yang ia rasakan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa senang yang sebenar-benarnya senang itu tidak ada. Yang ada adalah
senang yang diliputi susah ataupun susah yang diliputi senang. Sebagai
contoh kalau kita berjuang memajukan merpati putih, yang kita rasakan
adalah susah karena capek memikirkan, bertindak, beinovasi. Namun
dibalik kesusahan itu ada perasaan bangga dan gembira melihat apa yang
telah kita perjuangkan. Pada dasarnnya ada tiga aspek pokok dalam
diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual. Aspek fisik merupakan
segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia. Aspek mental
yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya mental
manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk
suatu permasalahan. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai
navigator kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari
kehidupan yang dijalani manusia Sifat Hakekat manusia: Sifat
hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Landasan dan tujuan pendidikan sifatnya filosifis normatif.
Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh
diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan
universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena
pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh-kembangkan sifat hakikat
manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur. Adapun Sifat
hakikat manusia diartikan sebagai ciri–ciri karakteristik, yang secara
prinsipil (bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan.
Beberapa filsuf seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon
(hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai
das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selslu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,
mengira hewan dan manusia itu hanya berbed secara gradual, yaitu suatu
perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama
keadaanya, misalnya air karena perubahan temperature lalu menjadi es
batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat
dijadikn manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan
tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan
teori evolusunya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal
dari primat atau kera, tetapi teryata gagal. Ada misteri yang dianngap
menjembatani proses perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup
diungkpkan yang disebut The Missing Link yaitu suatu mata rantia yang
putus. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
mausia muncul sebagai ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi
yang bersifat gradual. C. Kepribadian Bangsa Timur Kepribadian
bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu
negara yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang
mempunyai sifat toleransi yang tinggi. Kepribadian bangsa timur sangat
identik dengan benua Asia khususnya Indonesia. Kepribadian bangsa timur
identik menjunjung nilai kesopanan yang lebih tinggi dibanding budaya
barat. Selain itu, kepribadian bangsa timur khususnya Indonesia juga
lebih terbuka dan ramah tamah serta lebih bersahabat. Bangsa timur juga
amat peduli dengan orang lain hal ini dibuktikan dengan adanya sikap
saling tolong menolong dengan sesama dan bergotong royong. Dan
kebanyakan masyarakatnya lebih agamis. Bangsa timur identik dengan
benua asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam, berkulit sawo
matang dan adapula yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian besar
cara berpakaian orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena
orang timur kebanyakan memeluk agama islam dan menjunjung tinggi
norma-norma yang berlaku. Namun di zaman yang sekarang ini orang timur
kebanyakan meniru kebiasaan orang barat. Kebiasaan orang barat yang
tidak sesuai atau yang bertentangan dengan kebiasaan/ adat istiadat
orang timur dapat memengaruhi kejiwaan orang timur itu sendiri. Pada
umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah
dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
menerimanya. Contohnya: Handphone, komputer, dan lain-lain. Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya: 1) Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain. 2) Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3) Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang
cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses
akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot
yang sukar menerima unsur baru. 4) Suatu masyarakat yang terkena
proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar
sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1) Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan
kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat
tersebut. 2) Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3) Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses
penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima
unsur kebudayaan baru. 4) Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. 5) Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Kita tidak bisa selalu mengatakan budaya timur itu lebih baik daripada
budaya barat, menurut saya situasi dan kondisi berperan sangat penting
untuk menentukan berdasarkan budaya mana orang harus menyelesaikan suatu
masalah. Kita dituntut untuk memiliki beberapa pertimbangan yang
bersifat menyeluruh, pada budaya timurlah kita memiliki kelebihannya.
D. Pengertian Kebudayaan
Definisi kebudayaan di bawah ini tampaknya kebanyakan definisi dan
pemakaiannya telah mengaburkan perbedaan penting antara kebudayaan
sebagai pola untuk perilaku dengan pola dari perilaku. Dari
definisi-definisi kebudayaan tersebut dapat dinyatakan bahwa inti
pengertian kebudayaan mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai
berikut : a. Kebudayaan itu beraneka ragam. b. Kebudayaan itu diteruskan melalui proses belajar. c. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi, psikologi, sosiologi, dan eksistensi manusia. d. Kebudayaan itu berstruktur. e. Kebudayaan itu terbagi dalam aspek-aspek. f. Kebudayaan itu dinamis. g. Nilai-nilai dalam kebudayaan itu relatif (sadeli, dkk, 1985)
Menurut E.B. Taylor, kebudayaan adalah komplek yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Sumarno, kebudayaan adalah sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Menurut Sultan Takdir Alisyahbana, kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.
Menurut Van Peursen, kebudayaan adalah sebagai manifestasi kehidupan
setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan
hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja di tengah alam,
melainkan selalu mengubah alam. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Setiap
kebudayaan memiliki wujud dan unsur kebudayaan. Menurutnya kebudayaan itu terdiri dari tiga wujud yaitu : 1. Wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia, atau sistem budaya. 2. Wujud sebagai kompleks aktivitas atau system sosial. 3. Wujud sebagai benda atau kebudayaan fisik.
Menurut A.L. Krober dan C. Kluckhohn, kebudayaan adalah manifestasi
atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya. Setiap kebudayaan memiliki tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu: 1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius. 2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. 3. Sistem pengetahuan merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. 4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus. 5. Sistem teknologi dan perlengkapan hidup manusia merupakan produk manusia sebagai homo faber. 6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo languens. 7. Kesenian merupakan hasil dari manusia dalam keberadaannya sebagai homo esteticus. Ciri-ciri kebudayaan adalah: 1. Produk manusia/ ciptaan manusia 2. Bersifat sosial, kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara individual 3. Diteruskan melalui proses belajar 4. Bersifat simbolik karena mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya 5. Sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Manusia memenuhi kebutuhan dengan cara beradab/ manusiawi
Kebudayaan juga mengalami suatu perubahan, hal ini secara umum
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Proses perubahan
kebudayaan dapat terjadi secara evolusi dan revolusi. Dalam perubahan
kebudayaan tersebut diatas tidak jarang terjadi cultural lag, yaitu
suatu keadaan masyarakat yang mengalami kesenjangan antara budaya
material dengan budaya non material. Hal ini misalnya dapat dilihat
dengan semakin jauhnya jarak antara kebudayaan ideal dengan kebudayaan
real. Kesenjangan budaya yang berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai
masalah sosial atau kerawanan sosial, perilaku menyimpang, munculnya
subculture dalam masyarakat (Horton, dan Hunt, 1991). Sehubungan
dengan hal itulah maka terus diupayakan adanya berbagai system
pengendalian sosial, dengan nuansa sosiokultural atau kearifan local
masyarakat setempat. Baik yang bersifat formal maupun nonformal, skala
dan niskala (Mudana,2000). Hal itu terefleksikan dalam berbagai model
manajemen konflik. Sehingga tujuan kehidupan masyarakat dapat
diwujudkan. E. Unsur-Unsur Kebudayaan A. Menurut Melville J. Herkovits, unsur kebudayaan yaitu: 1. Alat-alat teknologi 2. Sistem ekonomi 3. Keluarga 4. Kekuatan politik B. Menurut Bronislaw Malinowski, unsur kebudayaan yaitu: 1. Sistem norma 2. Organisasi ekonomi 3. Alat-alat atau lembaga atau petugas pendidikan 4. Organisasi kekuatan C. Menurut C. Kluckhohn, unsur kebudayaan yaitu: 1. Sistem religi, sistem kepercayaan 2. Sistem organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan, bahasa, dan kesenian 4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi 5. Sistem teknologi dan peralatan F. Wujud Kebudayaan Wujud Kebudayaan yaitu: 1. Wujud Ideal
Sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan. Wujud ideal dapat kita sebut adat, tata kelakuan,
adat istiadat. 2. Sistem Sosial Sebagai suatu komplek
aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial
ini terdiri dari manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul
satu dengan lain menurut pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. 3. Kebudayaan Fisik Merupakan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. G. Orientasi Nilai Budaya
Menurut C. Kluckhohn bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya
manusia didunia adalah 5 dasar yang bersifat universal yaitu sebagai
berikut: 1. Hakekat hidup manusia (baik dan buruk) 2. Hakekat karya manusia (sumber hidup, sumber kedudukan, kehormatan, harga diri dalam masyarakat, dan gerak hidup) 3. Hakekat waktu manusia (masa lampau dan masa yang akan datang) 4. Hakekat alam manusia (dahsyat, dapat dilawan, baik, dan indah) 5. Hakekat hubungan manusia (horizontal, vertikal, dan individualis-tis) H. Perubahan Kebudayaan Terjadinya perubahan kebudayaan disebabkan oleh: 1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri. Misalnya: perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka
hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur
hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah
lebih cepat. Jadi perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi
dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau
sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan antara lain aturan-aturan,
norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga
selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Akulturasi/ perubahan
kebudayaan terjadi apabila suatu, kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda
sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan
lambat laun dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri, I. Kaitan Manusia Dan Kebudayaan
Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai
dialektis. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu: 1. Eksternalisasi
Proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan
manusia 2. Objektifitas Proses dimana masyarakat menjadi
realitas objektif yaitu suatu kenyataan yang terpisah dan berhadapan
dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata
sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia. 3. Internalisasi
Proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
manusia mempelajari kembali masyarakat sendiri agar dia dapat hidup
dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat. Kaitan manusia dan kebudayaan adalah: 1. Secara sederhana a. Manusia sebagai pelaku kebudayaan b. Kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia 2. Menurut sosiologi a. Manusia menciptakan kebudayaan b. Kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya
Studi Contoh Kasus dan Analisa
Mengingat bahwa sebuah kebudayaan itu diciptakan,dibentuk,dan dialami
oleh manusia sendiri. Tak sedikit bahwa kebudayaan yang dibentuk
terbentur dengan perkembangan zaman.Dizaman yang semakin modern
mengakibatkan kebudayaan yang diwariskan oleh pendahuluan mengalami
kesulitan untuk mengikuti perkembang yang semakin maju dan modern. Hal
yang signifikan terlihat dari pergeseran nilai-nilai budaya itu sendiri.
Perubahan-perubahan ini mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga
aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan
terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya . Misalnya saja
dalam bidang teknologi pertanian. Dizaman yang serba modern dimana
kebutuhan harus cepat terpenuhi banyak dikembangan teknologi kultur
jaringan maupun hidroponik. Faktor pendorong lainnya adalah adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama
unsur-unsur teknologi dan ekonomi (kebudayaan material). Adanya
individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda. Generasi muda adalah generasi penerus. Namun,
akhir-akhir banyak dijumpai generasi muda yang tidak paham akan
budayanya sendiri sebaliknya mereka lebih tertarik dengan budaya-budaya
luar yang masuk tanpa adanya filter terlebih dahulu. Hal semacam inilah
yang menimbulkan benturan kebudayaan. Contoh kasus adalah anak punk di
Aceh, Aceh dikenal dengan julukan serambi mekkah karena merupakan
wilayah pertama yang memeluk islam. Sebagai tempat bernuansa islam
dahulu aceh tidak mengenal budaya punk yang notabene berasal dari barat.
Ini menunjukkan bahwa generasi muda yang ada diaceh telah terpengaruh
aliran barat dengan mengikuti budaya ini.
0 komentar:
Posting Komentar