About

Selamat datang di blog saya.....Terimakasih sudah berkunjung,jangan lupa balik lagi ya. :)

Cari Blog Ini

Menghayati Jati Diri Manusia Sebagai “Agen Of Changes” di Bumi dengan cara Menata Lingkungan yang Baik Guna Memenuhi Kesejahteraan Lahir Batin

Rabu, 18 September 2013
TANGGUNG JAWAB MORAL PELESTARIAN LINGKUNGAN
Masalah pemeliharan atau pelestarian lingkungan hidup bukanlah hanya sekedar masalah social politik, masalah estetika , dan lain sebagainya. Jauh lebih dari itu, masalah lingkungan huidup merupakan masalah moral sehingga menuntut suatu pertanggung jawaban moral.


Namun fakta menunjukan bahwa lingkungan yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, sudah diambang kepunahannya. Kepunahan alam terjadi karena ulah manusia sendiri, yang dengan rakusnya melakukan tindakan eksploitasi tak terkendali terhadap alam.
Kerusakan lingkungan hidup telah membawa bencana bagi manusia diberbagai belahan dunia, dan hal itu berlangsung secara terus menerus manakala manusia tidak segera merubah sikapnya terhadap alam.
A. ALAM DIAMBANG KEPUNAHAN
Ada cukup banyak masalah serius yang menunjukan dimensi global pencemaran lingkungan hidup, beberapa diantaranya sebagai berikut :
1. Akumulasi bahan beracun
Industri kimia telah membuang limbahnya kedalam sungai atau laut. Hal ini telah membawa akibat lain, ikan sudah mendekati tidak layak untuk dikonsumsi, karena kadar mercuri atau bahan beracun lainnya sudah terlalu tinggi. Air tanah dicemari sehingga semakin tidak layakdiminum karena bahan kimia yang dibuang merembes kedalamnya, dan contoh contoh pengerusakan alam lainnya.
2. Efek rumah kaca
Salah satu hal yang mengkhawatirkan pada saat sekarang ini adalah naiknya suhu permukaan bumi , yang disebabkan oleh green house effect atau yang sering disebut dengan efek rumah kaca.
3 Perusakan lapisan ozon
Bumi dikelilingi oleh lapisan ozon (O3) dalam atmosfir yang konsentrasinya paling besar berada pada ketinggian kira kira 20-30 kilometer diatas permukaan laut. Lapisan ozon sangat penting untul melindungi kehidupan terhadap sinar ultra violet matajari, dimana 80 persen penyinaran ultra violet dari matahari disaring olehnya.
Kerusakan lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultraviolet dari matahari bisa mencapai permukaan bumi, yang akan membawa pengaruh negative terhadap kesehatan dan kehidupan manusia pada umumnya dibumi.
4. Hujan asam
Asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan yang mencemari daerah yang luas, merusak hutan dan pohon pohon lain, mencemari air danau, merusak gedung gedung, dan sebagainya.
Bagi manusia hujan asam bisa mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan paru paru.
5. Deforestasi dan penggurunan
Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan telah mendorong penebangan hutan secara tak terkendali , yang mengakibatkan hutan semakin cepat berkurang, termasuk hutan tropis yang menghasilkan kayu kayu yang berkualitas tinggi. Penebagan hutan (deforestation) secara besar besaran mempunya dampak penting atas lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan, yakni meresap karbon dioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (industri, kendaraan bermotor)- suatu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca- menjadi terancam.
Erosi tanah dapat mengakibatkan juga meluasnya penggurunan (desertification), khususnya dinegara Negara disekitar gurun sahara diperkirakan merambat kearah selatan jauh 400 kilometer. Dibanyak kota besar diseluruh dunia, termasuk juga Indonesia , tingkatan air tanah menurun terus karena dipompa oleh industri , hotel hotel dan rumah tangga untuk berbagai keperluan. penggunaan dan pemborosan air yang semakin tak terkendali telah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun.
6. Punahnya keaneka ragaman hayati
Kekayaan ala mini sebagian besar ditentukan oleh banyaknya spesies yang hidup didalamnya. Keaneka hayati (biodiversity) adalah jenis jenis kehidupan (species) yang ada dibumi, yang memiliki makna yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan manusia, seperti makanan, obat obatan, dan sebagainya.
Salah satu akibat besar dari kerusakan lingkungan adalah kepunahan semakin banyak spesies hidup. Dan spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka bumi untuk selamanya. Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan tersebut adalah penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin intens.
Hutan dibanyak kawasan daerah Indonesia telah berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan, sebagian menjadi terlantar karena ditinggalkan dalam keadaan rusak oleh penebang liar yang tidak bertanggung jawab terjadinya erosi tanah dan banjir besar yang menelan korban jiwa dan harta benda.

B. MANUSIA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

1. Manusia mempengaruhi lingkungan
Manusia telah turut memperkaya bahkan telah berperan sebagai agen perubahan , yang menyebabkan prose salami dibumi tidak lagi hanya berlangsung sebagaimana adanya. Pada awal kehadirannya manusia memang lebih banyak menyesuaikan diri dengan alam. Namun sejalan dengan bertambahnya pengetahuannya , manusia tidak lagi hanya menerima pengaruh dari lingkungannya, tetapi juga memberi pengaruh dengan membuat perubahan perubahan sesuai dengan keinginannya.

2. Melestarikan keseimbangan lingkungan
Bahwa terjadinya perubahan lingkungan sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan perubahan yang dilakukan membawa suatu keseimbangan baru yang semakin berkualitas. Pembangunan, bagaimanapun juga, selalu membawa perubahan. Tidak mungkin melakukan pembangunan tampa mengganggu keseimbangan lingkungan. Maka pembangunan sebenarnya merupakan gangguan pada keseimbangan lingkungan , untuk membawanya pada keseimbangan baru, yang dianggap lebih baik dan
berkualitas. Oleh karena itu kita harus hati hati melestarikan lingkungan. Menurut Poerdarminta (1976) Kata lestari berarti tetap selamanya, kekal, tidak berubah seperti sedia kala; melestarikan berarti membiarkannya tetap tidak berubah. Yang harus kita lestarikan bukanlah lingkungan itu sendiri atau keseimbangan lingkungan agar tetap seperti itu. Yang harus kita lestarikan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan tingkat hidup yang lebih tinggi.

C. PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN ALAM

1. Pola pendekatan yang rusak
Kehadiran manusia yang mengagensikan perubahan yang berlangsung dimuka bumi ini sebenarnya tidak harus berwujud pengrusakan bagi lingkungan, melainkan dapat juga berwujud pengolahan, yang dijadikan bumi sebagai hunian yang semakin baik dan indah bagi kehidupan. Akan tetapi, manusia tidak secara konsisten meaminkan peran seperti itu. Pola pendekatan manusia modern terhadap alam merupakan pendekatan teknokratis (dari kata yunani tekne= keterampilan dan krattein =menguasai ). Pendekatan ini mengedepankan pengguanan teknologi yang semakin canggih untuk menguras isi bumi dan menguasainya. Pendekatan teknokratis berangkat dari sikap yang hanya memandang alam sekedar sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Terkait bidang perekonomian modern
Berbagai masalah lingkungan yang didorong oleh penguasaan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan bidang perekonomian moderen yang berpolakan kapitalistik, dengan tujuan utama produksi untuk perolehan laba perusahaan.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan adanya kemajuan kemajuan teknologi yang dicapai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia bukan lagi hanya mengalami kemajuan dibidang pertanian , melainkan juga diberbagai bidang kehidupan lainnya. Dengan kemajuan yang dicapai nya manusia mulai mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, sebagai alternative diluar bidang pertanian.

4. Pertambahan penduduk yang semakin pesat
Jumlah penduduk dunia masih terus bertambah dengan laju rata rata sekitar 1,6 persen/tahun atau sekitar 80 juta orang/tahun. Mereka ini semua memerlukan tambahan produksi pangan, energi, rumah , dan kebutuhan hidup lain. Ironisnya , sebagian besar pertambahan penduduk terjadi dinegara negara yang sedang berkembang dan Negara miskin, yang tidak mampu mendukung kehidupan mereka sendiri. Sebagai akibatnya, terjadilah kerusakan lingkungan yang parah dinegara miskin itu. Di banyak Negara miskin , utang luar negeri diusahakan dibayar dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.

5. Paham antroposentrisme
Ini merupakan suatu hal yang dapat dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan akibat eksploitasi tak terkendali oleh manusia adalah paham manusia sendiri tentang dirinya dalam berhadapan dengan alam. Manusia memahami dirinya lebih berkuasa dari pada makhluk makhluk lain ditengah lingkungannya. Manusia memiliki kemampuan istimewah, dan dengan kemampuan itu dia merasa berhak untuk mengatur lingkungannya demi kebutuhan hidupnya. Paham antroposentrisme (manusia sebagai sumber dari segala nilai) masih dipegang manusia. Demikian juga dengan pemikiran dan moral lingkungan hidup tetap terpusat pada manusia menjadi jantung perhatian manusia (human-centered). Manusia menjadi jantung perhatian dalam pembahasan tentang lingkungan hidup. Hal ini menjadi pertimbangan utama adalah peningkatan kesejahteraan dan kebahagian manusia didalam alam semesta.

6. Pudarnya nilai nilai tradisional
Seringkali bencana yang timbul atau terjadi diindonesia dikarenakan nilai nilai tradisional itu tidak terlihat pada transmigranasal daerah lain yang membakar hutan tanpa perhitungan yang baik, sehingga kebakaran tidak bisa dihindari lagi.

7. Keterbatasan kemampuan bumi
Akibat semua dari kebijakan yang berpedoman pada kemajuan teknologi, ekonomi, dan produktivitas adalah terganggunya keseimbangan lingkungan hidup. Daya regenerasi alam tidak dapat berkembang sewajarnya karena tidak mampu mengimbangi laju eksploitasi yang dilakukan oleh manusia . demikian juga dengan daya dukung bumi mengalami kejenuhan akibat terus menerus dikuras dalam batas kewajaran. Dengan tindakan demikian itu berarti manusia menciptakan neraka bagi diri sendiri. Ironisnya hal tersebut sering disebabkan hanya oleh segelintir anggota masyarakat dunia saja. Yaitu orang yang menguasai modal, iptek, dan politik militer, namun yang merasakan akibat buruknya bukan hanya mereka saja, melainkan seluruh umat manusia. Penggunaan sumber daya alam secara tak terkendali oleh Negara Negara kaya dan adi kuasa, yang mengandalakan teknologi nuklir, biologi, dan kimia, telah memberikan gambaran yang negative terhadap masa depan manusia dan seluruh lingkungan hidup.

8. Desakan tuntutan kebutuhan hidup
Hal yang menyebabkan tindakan eksploitasi terhadap lingkungan bagaikan tak terhindarkan adalah apabila manusia dihadapkan pada tuntutan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup yang utama. Berhadapan dengan tuntutan kebutuhan hidup jangka pendek sehari hari, untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia akan memilih cara yang lebih mudah untuk dilakukan. Tuntutan hidup telah mengharuskannya, misalnya membuka lahan baru, tanpa harus mengedepankan pertimbangan lingkungan.

D. MUNCULNYA KESADARAN LINGKUNGAN

Berdasarkan sorotan yang timbul akibat kerusakan lingkungan hidup oleh ulah manusia , telah menumbuhkan dalam diri manusia kesadaran akan penting dan
mendesaknya pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Kesadaran lingkungan tidak muncul sekali jadi, melainkan secara berangsur angsur, melalui pengalaman interaksi manusia dengan lingkungannya. Ada kesadaran yang semakin dalam pada manusia bahwa dirinya dan lingkungannya berkaitan sangat erat. Bahkan dia temukan dalam dirinya memiliki ketergantungan mutlak pada alam. Hal ini mendorong tumbuhnya kemauan manusia untuk mengetahui lebih banyak tentang alam. Itulah yang melahirkan munculnya satu displin ilmu baru, yang disebut ecology, yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara manusia dan lingkungannya.
1. World environment movement (1972)
Perhatian akan lingkungan hidup tidak lagi hanya menjadi urusan masing masing Negara atau perorangan, melainkan sudah menjadi keprihatinan masyarakat dunia secara bersama. Gerakan kesadaran ekologi secara internasional diprakarsai oleh PBB dengan mengadakan konferensi gerakan lingkungan hidup sedunia (World environment movement) di Stockholm 5-16 juni yang kemudian setiap tahun diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia. PBB juga membentuk sebuah badan khusus yang menangani masalah lingkungan hidup yaitu united nation environment programme (UNEP).
2. Konferensi Rio de Janeiro
Penyelamatan lingkungan hidup dari ancaman penghancuran oleh kesalahan manusia sangat terasa dengan diadakannya KTT lingkungan hidup di Rio de Janeiro, brazil, 1992. Konferensi rio de Janeiro dianggap sebagai sebuah tonggak sejarah dalam penanganan masalah masalah lingkungan.
3. Protokol Kyoto (1997)
Protokol Kyoto, yang merupakan hasil perundingan yang berjalan selama empat tahun, dan diadopsi tahun 1997, dapat dilihat sebagai tonggak lanjutan keseriusan berbagai bangsa dan Negara untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran totalnya. Elemen elemen utama protocol kyotomadalah target kuantitatif dan waktu penurunan emisi gas serta mekanisme pencapaian target tersebut.
4. Implementasi diindonesia
Diindonesia dalam hal ini pemerintah, kesadaran ekologi terutama dikembangkan oleh departemen kependudukan dan lingkungan hidup (UULH). Didalam UULH itu dapat ditemukan salah satu upaya pemerintah mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu melalui AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan). Ketika Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto, maka secara legal protocol ini menjadi bagian dari system hokum nasional yang harus diimplementasikan dalam berbagai kebijakan dan pedoman pelaksanaannya.








E. TANGGUNG JAWAB MORAL PERUBAHAN

1. Dasar bagi perubahan sikap
a. Dampak nyata teori dan etika lingkungan hidup
Dasar pertama bagi sikap adalah kesadaran manusia akan dampak nyata dari teori etika lingkungan hidup terutama teori yang berbau antroprosentrisme. Teori ini telah menyebabkan penguasaan manusia eksploitatif terhadap alam, yang telah mengakibatkan kerusakan serius pada alam akibat dari semuanya itu adalah bencana besar bagi manusia, baik yang hidup sekarang ini maupun gererasi yang akan datang. Kesadaran akan kekurangan dari pandangan antroposentrisme seharusnya menjadi salah satu titik tolak untuk merumuskan kembali paham yang lebih menjamin keberlangsungan segala proses kehidupan yang berlangsung dialam semesta, termasuk manusia.
b. Nilai ontologism segala ciptaan
Deep ecology telah membawa perubahan paradigma secara mendasar dan revolusioner, mencakup, perubahan pandangan, nilai, perilaku atau gaya hidup yang semakin selaras dengan alam. Deep ecology menumbuhkan kesadaran yang tinggi pada manusia, bahkan mendorong adanya revolusi kesadaran dalam masyarakat, antara lain menyangkut perubahan konsep nilai. Nilai tidak hanya dikenakan untuk hasil karya manusia ataupun untuk hal yang berguna bagi manusia saja. Manusia harus mengakui adanya nilai nilai yang lebih tinggi dari itu, yakni nilai ontologism segenap ciptaan. Nilai manusiawi, tatapi juga mencakup nilai nilai makhluk infrahuman, karena mereka itu harus diakui mempunyai nilai nilai intrinsicnya sendiri. Setiap ciptaan tuhan memiliki nilai intrinsic (nilai dalam diri) dan berhak untuk tumbuh dan berkembang.

2. Acuan tanggung jawab
a. Keutuhan biosfir
Deep ecology memperlihatkan dengan jelas bahwa dimensi saling terkait dan saling tergantung merupakan kekhasan keberadaan tiap kenyataan diatas bumi. Deep ecology mengajarkan bahwa manusia bukanlah penguasa dan bukan pula pusat alam semesta. Sebenarnya manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan tuhan yang sebenarnya tidak berhak mengancam dan meniadakan keberadaan ciptaan lainya.
b. Keselamatan generasi yang akan datang
apa yang dilakukan manusia sekarang ini pengaruhnya bukan hanya dirasakan oleh manusia zaman sekarang, melainkan lebih besar lagi dirasakan oleh gerasi masa yang akan datang. Sebagai sasama manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, generasi mendatang juga memiliki hak yang sama dengan kita untuk memiliki lingkungan hidup yang indah, lestari dan berdaya hidup. Dengan mengeksploitasi alam secara tak terkendali berarti kita telah merampas apa yang menjadi hak generasi yang akan datang.

c. Dari Egosentrisme ke ekosentrisme
Manusia harus semakin realitas melihat kenyataan bahwa pandangan yang salah terhadap alam telah membawa bencana bagi manusia sendiri. Oleh karena itu manusia harus segera mengubah sikap dalam memandang dan memperlakukan alam. Piet
leenhourwers mengungkapkan dengan tegas “ manusia harus mundur selangkah, dari raja depotis semesta alam, pusat dunia dan kosmos, menjadi hamba , sebagai yang bertanggung jawab , yang juga tergantung dari kosmos (dari Egosentrisme ke ekosentrisme ).

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.